Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Upacara Melasti di Laut Sebelum Hari Raya Nyepi

Om Swastyastu, sudah lama saya tidak menulis tentang agama Hindu disini, nah kali ini berhubung akan segera tiba hari raya Nyepi maka saya akan sedikit menulis tentang rangkaian upacara sebelum Nyepi salah satunya adalah Makna Upacara Melasti di Laut Sebelum Hari Raya Nyepi yang saya ambil dari internet. Saya yakin semua desa adat di Bali akan melaksanakan melasti / mekiis / melis ke pantai.

Makna Upacara Melasti di Laut Sebelum Hari Raya Nyepi
Foto: bisniswisata.co.id
Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan “Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana, ngamet sarining amerta ring telenging segara”.

Dari rumusan ini dapat kita lihat bahwa ada lima tujuan upacara melasti tersebut, yaitu :
  1. Ngiring prewatek dewata, ini artinya upacara melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Tujuannya adalah untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini. Karena itu melasti agak berbeda dengan berbhakti kepada Tuhan dalam upacara ngodalin atau saat sembahyang biasa. Para dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abonIda Bhatara. Semestinya umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan melasti itu menghaturkan sesaji setidak-tidaknya canang dan dupa lewat pintu masuknya kepada Ida Bhatara yang disimbolkan lewat rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut agar kehadiran beliau dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara manifestasi Tuhan yang hadir melalui melasti itu.
  2. Anganyutaken laraning jagat, artinya menghayutkan penderitaan masyarakat. Jadinya upacara melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Penyakit sosial itu seperti kesenjangan antar kelompok, perumusuhan antar golongan, wabah penyakit yang menimpa masyarakat secara massal, dan lain-lain. Setelah melasti semestinya ada kegiatan-kegiatan nyata untuk menginventariskan berbagai persoalan sosial untuk dicarikan solusinya. Dengan langkah nyata itu, berbagai penyakit sosial dapat diselesaikan tahap demi tahap secara niskala. Upacara melasti adalah langkah yang bersifat niskala. Hal ini harus diimbangi oleh langkah sekala. Misalnya melatih para pemuka masyarakat agar memahami pengetahuan yang disebut “manajemen konflik” mendidik masyarakat mencegah konflik.
  3. Papa kelesa, artinya melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual. Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa yaitu; Awidya : Kegelapan atau mabuk, Asmita : Egois, mementingkan diri sendiri, Raga : pengumbaran hawa nafsu, Dwesa : sifat pemarah dan pendendam, Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita.
  4. Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti bertujuan untuk meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Umat hindu merumuskan lebih nyata dengan menyusun program aksi untuk melestarikan lingkungan alam. Seperti tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.
  5. Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan, ini berarti melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal. Upacara melasti ini memberikan tuntunan dalam wujud ritual sakral untuk membangun kehidupan spiritual untuk didayagunakan mengelola hidup yang seimbang lahir batin.
Nilai-nilai tersebut adalah berbhakti pada tuhan (ngiring prawatek dewata), menghilangkan penyakit sosial (laraning jagat), menghilangkan kepapanan individu (papa klesa) dan menghilangkan sifat-sifat yang merusak alam lingkungan (letuhing bhuwana). Jadinya tujuan berbhakti kepada Tuhan adalah dengan mengiring para dewata dalam upacara melasti untuk menghilangkan hal tersebut.

Dengan lenyapnya penyakit sosial kepapanan individu dan kerusakan alam barulah manusia akan dapat menikmati sari-sari kehidupan. Samudra disimbolkan sebagai sumber kehidupan. Air laut menguap jadi mendung, mendung terus menjadi hujan. Hujan inilah yang menjadi sumber kehidupan flora dan fauna, sumber penghidupan manusia.

Nah itulah penjelasan singkat tentang Makna Upacara Melasti di Laut Sebelum Hari Raya Nyepi, semoga bermanfaat dan kita jadi tahu apa sebenarnya yang kita lakukan saat Melasti ke pantai tersebut. Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

1 komentar untuk "Makna Upacara Melasti di Laut Sebelum Hari Raya Nyepi"

Silakan berikan komentar Anda dengan baik, silakan gunakan Bahasa Indonesia dengan baik supaya mudah dibaca oleh pengunjung lain, Jangan ada Spam dan link aktif. Terimakasih