Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah dibalik Patung Dewa Ruci di Simpang Siur

Dahulu saya sering sekali melewati jalur ini, sekitar tahun 2001-2004. Persimpangan yang begitu sibuk setiap harinya dan jumlah kendaraan yang melintas begitu banyak, baik kendaraan pribadi maupun angkutan pariwisata yang semakin membuat persimpangan ini begitu sibuk. Ditengah persimpangan ini terdapat patung megah yang menjulang tinggi yakni patung Dewa Ruci. Namun persimpangan ini sering disebut dengan simpang siur ketimbang dengan simpang Dewa Ruci.

Kisah dibalik Patung Dewa Ruci di Simpang Siur

Simpang siur ini sempat diobrak-abrik oleh pemerintah untuk membangun underpass pada tahun 2012 silam, saat pembangunan tersebut simpang siur yang sudah kacau tersebut menjadi lebih kacau karena kendaraan yang melintas juga karena material proyek yang membuat melintas disana menjadi kurang nyaman. Saat ini semua telah tertata dengan dengan baik dan proyek tersebut sudah selesai sejak 2014 lalu

Simpang Patung Dewa Ruci yang merupakan persimpangan Nusa Dua, bandara ke Denpasar, Nusa Dua, bandara ke Tanah Lot dan Sanur ke Kuta, sehingga menjadi tempat arus lalulintas yang selalu padat, sehingga sebagian besar wisatawan yang datang untuk liburan ke Bali akan melawati jalur ini.

Patung Dewa Ruci dibuat oleh pematung hebat putra Bali yang bernama I Wayan Winten, yang mewarisi keahlian ayahnya I Made Pasta. I Wayan Winten mulai menekuni dunia patung semenjak umur 7 tahun, banyak menghasilkan patung dari bahan dasar beton, karena suatu saat kayu akan sulit untuk diperoleh.

Patung Dewa Ruci ini dibangun tahun 1996, nama Dewa Ruci sangat terkenal seperti kapal Dewa Ruci yang dimiliki TNI angkatan laut kita. Patung ini mengisahkan perjalanan Bima (Werkudara) dalam mengambil tirta Amertha. Sehingga kadang orang menyebut patung ini sebagai patung Bima. 

Bima adalah sosok yang jujur, polos, pemberani, setia kawan dan cenderung lugu, karena kepolosannya dan setia kawan sampai diperalat oleh Kurawa melalui Drona (guru dari Bima) untuk mencari tirta Amertha (tirta kehidupan) yang terletak di dasar laut yang mustahil bisa ditemukan. Setelah perjuangannya masuk ke Samudra Selatan yang dihalangi oleh Naga Neburwana (Naga Baruna) dan naga tersebut berhasil dikalahkan.

Kemudian Bima bertemu dengan makhluk kecil serupa dirinya yang bernama Dewa Ruci, walaupun kecil yang membuat aneh dan mengagungkan Bima ternyata bisa masuk ke telinga Dewa Ruci dan menemukan tempat yang damai, nyaman dan berharap tetap tinggal di sini.

Kemudian Dewa Ruci menjelaskan makna dari apa yang dilihatnya, dan hanya boleh tinggal di sana setelah berada di dunia lain (kematiannya) dan sekarang dia harus kembali ke dunia melanjutkan perlawanannya melawan Kurawa dan kesewenang-wenangan.

Kisah ini menginspirasi dari pembuatan patung ini, bagian-bagian patung Dewa Ruci paling atas adalah Sang Hyang Acintya (figur Dewa Ruci), patung manusianya adalah Bima, kemudian Naga Baruna yang sedang marah, paling bawah adalah gelombang air (samudra) dan dikelilingi kolam air mancur yang melambangkan riuhnya samudra saat pertempuran antar Sang Naga dan Bima.
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Kisah dibalik Patung Dewa Ruci di Simpang Siur"