Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Galungan Sehari sungguh berarti.

Galungan adalah hari raya umat Hindu yang di rayakan setiap enam bulan sekali yang jatuh pada buda kliwon dungulan, dimana pada hari ini adalah perayaan kemenangan Dharma atas Adharma yang sebelumnya terjadi rangkaian hari sebelum galungan. saya tidak akan membahas rangkaian hari raya Galungan tersebut, karna saya yakin semua umat Hindu sudah tahu. Disini saya akan lebih membahas suasana hari raya Galungan yang dialami dari tahun ke tahun yang kesanya semakin biasa.

Berdasarkan pengalaman saya yang telah melewati banyak hari raya Galungan dan semakin tahun pun terasa semakin biasa tidak seperti dulu dulu yang setiap akan datang hari raya Galungan selalu di nanti dengan antusias yang tinggi dan tidak sabar untuk menantikan kedatangan hari raya Galungan tersebut. Mungkin ini hanya perasaan saya saja dan mungkin orang lain merasakan yang berbeda dengan apa yang saya rasakan. Setiap orang mungkin memaknai hari raya Galungan dengan cara berbeda-beda.

Seperti hari ini adalah Galungan yang ke sekian kalinya yang harus dilewati, biasanya yang membuat Galungan itu bermakna dan berkesan adalah selalu bisa mengikuti rangkain hari raya galungan dengan baik dan kebersamaan. Dari awalnya adalah sebelum penampahan pasti akan menyiapkan Hewan yang akan disembelih pada saat Penampahan yaitu BABI, disana akan terasa sekali kalau besoknya akan Penampahan karena mendengar suara babi yang diringkus untuk diikat kakinya atau dimasukkan ke kranjang celeng (babi). Keesokan harinya sudah pasti menyembelih babi bersama beberapa keluarga atau kelompok tertentu yang sebelumnya sudah menyisihkan uang untuk membeli seekor atau beberapa ekor babi. Disana akan terasa sekali euforia penampahan dengan membagi-bagikan daging babi dan dibawa pulang kerumah masing masing.


Dirumah sudah pasti daging itu akan dimasak baik untuk keperluan Banten maupun untuk dimakan bersama keluarga. Masakan untuk Banten mungkin akan membuat sate, urutan, daging yang digoreng saja dan untuk yang dimakan sudah pasti  akan membuat lawar, komoh dan jeruk dan lain-lain yang ada di daerah masing-masing. Disaat membuat lawar itulah suasana penampahan begitu berkesan dan setelah itu makan bersama keluarga menikmati hasil masakan yang telah dibuat tadi. Mungkin dibeberapa daerah tertentu di bali ada tradisi ngejot ke saudara terdekat atau tetangga, sedangkan didesa saya tidak ada tradisi seperti itu. 

Setelah itu mungkin melanjutkan ke dalam kegiatan pembuatan penjor, karna di desa saya pembuatan penjor itu di buat tepat pada hari penampahan dan mungkin dibeberapa daerah lain Penjor itu sudah dibuat jauh sebelum hari galungan sekitar seminggu sebelum Galungan. Saat pembuatan penjor itu dikerjakan bersama sama dengan beberapa saudara atau teman atau tetangga yang kebetulan bisa membantu membuat penjor, sambil memutar Gamelan  Bleganjur yang membut semakin semangat untuk membuat penjor supaya segera bisa berdiri. Mungin kegiatan lain adalah memasang pengider-ider pura/sanggah yang ada dirumah dan semua itu sudah selesai tinggal menunggu Galungan.

Hari Galungan pun tiba, bangun pagi-pagi mempersiapkan semua yang harus ada pada saat persembahyangan Galungan, setelah semua siap saatnya berangkat ke Pura untuk bersembahyang kebeberapa pura dimulai dari rumah dan beberpa pura lainnya yang ada didesa. Setelah semua itu selesai ditambah lagi berkunjung kerumah sanak saudara terdekat. semakin sore suasana Galungan pun sedikit terasa berkurang dan akhirnya sudah tidak terasa lagi.

Keesokan harinya adalah manis Galungan dimana Identik dengan melali, Yang masih lajang melali bersama tunangan (kalau punya tunangan) atau melali bersama pemuda pemudi sedesa atau sebanjar atau diisi dengan sedikit pesta pora, untuk lebih menambah tali silaturahmi. setelah itu rangkain Galungan pun selesai tinggal menunggu hari Kuningan lagi sepuluh harinya.

Mungkin semua itu akan bisa dirasakan bila tinggal di kampung halaman, tapi seiring waktu dan jaman banyak tuntutan yang harus dipenuhi dan terpaksa harus merantau meninggalkan kampung halaman demi menghidupi diri sendiri dan keluarga, bukan berarti dikamung tidak ada pekerjaan, mungkin karna tuntutan porfesi juga harus meninggalkan kampung halaman. Tapi untuk saat ini saya sendri jarang bisa menikmati Galungan dikampung dan jarang merasakan kebersamaan membuat penjor atau ngelawar bersama keluarga, tapi semua itu tidak mengurangi semangat untuk menyambut Hari Raya Galungan setiap enam bulan dan tidak mengurangi rasa kekeluargaan karna mereka semua maklum dengan keadaan. Mungkin dengan jarang berkumpul akan semakin menumbuhkan rasa kekeluargaan karna bisa saling melepaskan kerinduan bersama keluarga. 

Mungkin hanya demikian cerita dari saya mungkin ada beberapa rekan teman yang juga merasakan seperti apa yang saya rasakan dan terimakasih telah berkunjung kesini. dan saya ucapkan selamat Galungan dan Kuningan.

 


2 komentar untuk "Galungan Sehari sungguh berarti."

  1. Di bagian mananya yang berkurang Kri?
    Saya tetap merasakan semua euphoria Galungan seperti Galungan-Galungan yang sudah lewat. Bahkan semakin kuat, terutama dibenengan mesawitre bersama keluarga. Benar, kini banyak umat yang jauh dari kampung halaman dan tidak selalu bisa pulang saat hari raya karena tuntutan pekerjaan, namun saat saya bisa mencuri kesempatan sedikit saja walaupun untuk itu saya tidak mendapat kesempatan untuk tidur karena harus PP dari Denpasar-Tamblang-Denpasar, saya akan tersenyum sepanjang hari walaupun sebelumnya saya tidak sempat ikut nampah, ngelawar, ngae penjor.

    Oh, iya Kri, Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan.

    BalasHapus
  2. dibagian yang ngae penjor dan ngae lawar...
    sudah jarang bisa merasakan itu lagi...

    BalasHapus

Silakan berikan komentar Anda dengan baik, silakan gunakan Bahasa Indonesia dengan baik supaya mudah dibaca oleh pengunjung lain, Jangan ada Spam dan link aktif. Terimakasih