Begini Susahnya Jika Dulu Ingin Lihat Hasil Foto
Akriko.com - Seperti kita ketahui kalau foto merupakan media untuk mendokumentasikan atau mengabadikan suatu momen atau kejadian untuk dilihat dikemudian hari sebagai kenangan supaya bisa dilihat oleh anak cucu kita dikemudian hari.
Foto Bapak saya sama kenek waktu jadi sopir tahun 1970an |
Beberapa waktu lalu saya dikirimi foto jadul oleh kakak saya, dalam foto itu ada saya sendiri yang sedang sendirian berfoto, kalau gak salah ini awal saya masuk SMA yakni tahun 1998 jadi ini saya masih ABG gitu.
Dulu sudah sempat saya lihat foto ini, namun karena saking sudah lamanya jadi saya lupa kalau saya sempat berfoto seperti itu wajar sih kalau sudah lupa karena umur foto itu sudah 20 tahun lamanya. Foto itu ditemukan oleh Kakak saya ketika membuka album lama dan ternyata isinya ada foto saya semasa baru gede.
Baiklah mumpung kita cerita tentang foto maka saya akan jelaskan sedikit proses bisa adanya foto pada zaman itu. Dulu semuanya serba manual tidak seperti sekarang semua serba digital. Dulu belum ada yang namanya kamera digital, kamera digital muncul sekitar tahun 2000an, MP3 juga tidak ada yang ada kaset tok untuk bisa memutar lagu pada tape (alat pemutar musik dengan kaset manual).
Saya sudah lupa siapa yang punya kamera tersebut dan dalam rangka apa kok bisa ada kamera waktu itu. Saya rasa waktu itu film pada kamera itu masih ada sisa sehingga saya bisa memakai kamera tersebut. Kalian yang lahir zaman now mungkin tidak pernah merasakan bagaimana penasarannya menunggu hasil foto yang tidak bisa dilihat secara langsung seperti pada kamera digital.
Dulu kamera masih analog banyak yang bilang namanya Kodak, kalau sudah lihat orang bawa kamera maka kamera itu pasti dibilang Kodak, padahal kodak itu merknya bukan kameranya nah itulah kebiasaan. Untuk bisa menggunakan kamera itu maka kita harus mengisi kamera itu dengan film roll dulu seingat saya paling banyak itu merk fujifilm isi roll film itu bisa sampai 36 foto yang bisa dihasilkan.
Setelah film dimasukkan ke kamera maka kita bisa memulai mengambil foto, tetapi sesudah mengambil foto kita tidak bisa langsung melihat hasilnya. Dulu paling takut membuka film dari kamera karena takut "terbakar" dan tidak ada foto yang bisa dicetak. Untuk bisa melihat hasil foto maka kita harus pergi ke studio cuci cetak foto, istilah cuci cetak foto ini disebut juga ngadrek foto.
Kita bawa kamera ke studio cuci cetak nanti tukang disana yang akan membuka film kita yang ada pada kamera. Saat cuci cetak kita juga bisa kecewa karena mungkin ada film yang terbakar sehingga tidak bisa dicetak. Dulu ada istilah cetak biasa dan Kilat, kalau cetak biasa perlu waktu yang lebih lama sedangkan kalau cetak kilat biasanya lebih cepat, seingat saya kalau cetak kilat itu butuh waktu hanya 30 menit.
Sehabis cuci cetak kita akan mendapat dua bagian yakni foto yang sudah jadi yang bisa kita lihat dan bisa kita buatkan album. Satu lagi adalah film yang kita cuci tadi yang merupakan negatif foto (klise) yang kita cetak. Klise ini bisa kita simpan karena ketika suatu saat kita ingin cetak foto yang sama, maka kita cukup bawa klise itu saja untuk dicetak di studio cetak foto.
Saya sudah lupa siapa yang punya kamera tersebut dan dalam rangka apa kok bisa ada kamera waktu itu. Saya rasa waktu itu film pada kamera itu masih ada sisa sehingga saya bisa memakai kamera tersebut. Kalian yang lahir zaman now mungkin tidak pernah merasakan bagaimana penasarannya menunggu hasil foto yang tidak bisa dilihat secara langsung seperti pada kamera digital.
Dulu kamera masih analog banyak yang bilang namanya Kodak, kalau sudah lihat orang bawa kamera maka kamera itu pasti dibilang Kodak, padahal kodak itu merknya bukan kameranya nah itulah kebiasaan. Untuk bisa menggunakan kamera itu maka kita harus mengisi kamera itu dengan film roll dulu seingat saya paling banyak itu merk fujifilm isi roll film itu bisa sampai 36 foto yang bisa dihasilkan.
Setelah film dimasukkan ke kamera maka kita bisa memulai mengambil foto, tetapi sesudah mengambil foto kita tidak bisa langsung melihat hasilnya. Dulu paling takut membuka film dari kamera karena takut "terbakar" dan tidak ada foto yang bisa dicetak. Untuk bisa melihat hasil foto maka kita harus pergi ke studio cuci cetak foto, istilah cuci cetak foto ini disebut juga ngadrek foto.
Kita bawa kamera ke studio cuci cetak nanti tukang disana yang akan membuka film kita yang ada pada kamera. Saat cuci cetak kita juga bisa kecewa karena mungkin ada film yang terbakar sehingga tidak bisa dicetak. Dulu ada istilah cetak biasa dan Kilat, kalau cetak biasa perlu waktu yang lebih lama sedangkan kalau cetak kilat biasanya lebih cepat, seingat saya kalau cetak kilat itu butuh waktu hanya 30 menit.
Sehabis cuci cetak kita akan mendapat dua bagian yakni foto yang sudah jadi yang bisa kita lihat dan bisa kita buatkan album. Satu lagi adalah film yang kita cuci tadi yang merupakan negatif foto (klise) yang kita cetak. Klise ini bisa kita simpan karena ketika suatu saat kita ingin cetak foto yang sama, maka kita cukup bawa klise itu saja untuk dicetak di studio cetak foto.
FYI Cuci cetak itu adalah bagian yang berbeda, nah jika kita ke studio foto cuma cuci saja maka yang kita dapat adalah cuma klise saja, klise ini yang alan kita pakai untuk cetak foto dikemudian hari. Nah jika ingin melihat hasil fotonya maka harus dicetak dari klise, oleh sebab itu saat berada di studio foto jika kita bilang cuci saja maka akan dapat klise saja. Jika kita bilang cuci cetak, maka kita akan dapat klise dan juga foto yang sudah jadi, sehingga kita bisa melihat hasil fotonya.
Untuk foto ini saya ambil sendiri, seingat saya kamera yang saya pakai ini sudah ada timer dan flash, jadi kameranya saya letakkan pada meja dan untuk mengambil foto saya atur timer shutternya, cukup canggih juga kamera pada zaman itu sehingga bisa ambil foto tanpa bantuan orang lain.
Sekarang zaman sudah berubah, 20 tahun dari foto ini saat ini dengan HP pun kita bisa menghasilkan foto dan hasilnya sudah langsung bisa dilihat dan tidak perlu dicuci film dulu supaya bisa cetak foto karena semua sudab serba digital dan online. Nah itulah sedikit cerita ketika dulu ingin melihat hasil foto, semoga bermanfaat dan terimakasih.
Untuk foto ini saya ambil sendiri, seingat saya kamera yang saya pakai ini sudah ada timer dan flash, jadi kameranya saya letakkan pada meja dan untuk mengambil foto saya atur timer shutternya, cukup canggih juga kamera pada zaman itu sehingga bisa ambil foto tanpa bantuan orang lain.
Sekarang zaman sudah berubah, 20 tahun dari foto ini saat ini dengan HP pun kita bisa menghasilkan foto dan hasilnya sudah langsung bisa dilihat dan tidak perlu dicuci film dulu supaya bisa cetak foto karena semua sudab serba digital dan online. Nah itulah sedikit cerita ketika dulu ingin melihat hasil foto, semoga bermanfaat dan terimakasih.
Posting Komentar untuk "Begini Susahnya Jika Dulu Ingin Lihat Hasil Foto"
Silakan berikan komentar Anda dengan baik, silakan gunakan Bahasa Indonesia dengan baik supaya mudah dibaca oleh pengunjung lain, Jangan ada Spam dan link aktif. Terimakasih