Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sembahyang ke Pedharman Pusat Dalem Tarukan di Bangli

Om Swastyastu, saya sangat merasa senang ketika akan datang piodalan di Pedharman pusat Dalem Tarukan di Bangli yang jatuh pada Buda Kliwon Ugu. Setiap Piodalan di sana saya akan sempatkan untuk selalu bisa datang pedek tangkil ke sana bersama keluarga saya.

Sembahyang ke Pedharman Pusat Dalem Tarukan di Bangli
Dari ki-ka: Saya, istri saya, ponakan, ipar, ipar, ipar, ibu mertua dan bapak mertua
Ada cerita saya yang sangat berkesan di sana ketika itu pada tahun 2016 saya pertama kalinya sembahyang bersama pacar saya kebetulan kawitan kita sama dan pada tahun itu juga dia menjadi mantan saya karena kami memutuskan untuk menikah dan tidak perlu pacaran lama-lama. Jika saya ceritakan mungkin akan panjang sekali.

Nah Piodalan kali ini saya juga sempatkan untuk sembahyang ke Pedharman Pusat Dalem Tarukan di Bangli pada hari Kamis tanggal 11 April 2019. Seperti biasa berangkat dari Denpasar lewat jalan Baypass Ida Bagus Mantra dan masuk jalan Takmung dan lurus terus lewat Tihingan dan terus lurus sampai tiba di  Pulasari, Peninjoan, Tembuku, Kabupaten Bangli.

Kali ini saya berangkat bersama istri saya dari Denpasar dan kami janjian untuk bertemu di Pedharman dengan mertua saya yang berangkat dari Buleleng dan juga ipar saya yang berangkat dari Payangan untuk bisa bersembahyang bersama.

Saya yang sampai paling awal di Pedharman, saya harus menunggu dulu untuk kedatangan mereka, setelah menunggu kurang lebih 30 menit akhirnya mereka tiba di Pedharman pusat Dalem Tarukan di Bangli.

Seperti biasa saat masuk ke kawasan pura maka akan diperciki tirta penglukatan untuk membersihkan diri ini. Setelah itu kita harus mengambil karcis antrean untuk mendapat giliran masuk ke utama mandala Pura. Waktu itu saya mendapat warna biru, saya kurang tahu berapa warna karcis yang ada, waktu itu saya sempat melihat karcis warna kuning, hijau, biru dan merah.

Nanti akan dipanggil sesuai warna karcis, jika warna karcis tidak sesuai maka silakan menunggu dulu untuk bisa mendapat giliran masuk ke jeroan untuk bersembahyang.  Saya sempat beberapa kali orang yang beda karcis untuk mencoba ikut masuk, namun dihentikan oleh Pecalang yang bertugas disana.

Setelah mendapat giliran masuk ke jeroan, karena saya masuk paling belakang jadi tidak dapat tempat duduk jadi saya terpaksa duduk dekat dengan petirtaan, atau tempat Pemangku di sana untuk mengambil Tirta. Kenapa tempat bisa penuh padahal sudah memakai kartu / karcis untuk masuk? Jawabannya mungkin ada "penyusup" warna kartu yang tidak sama ikut masuk. Atau bisa juga jumlah kartu / karcis yang dibagikan terlalu banyak untuk sekali masuk ke Jeroan sehingga kapasitas tidak mencukupi bagi pemedek meski sudah sesuai kartu.

Setelah selesai sembahyang, kami pun berkumpul bersama untuk menikmati lungsuran dan juga bekal makanan yang di bawa oleh mertua dan ipar saya. Kami menikmati makanan dan kebetulan setelah kami selesai sembahyang, hujan turun dan itu membuat kami betah lama-lama duduk untuk menikmati makanan sambil menunggu hujan reda.

Setelah hujan reda sekitar pukul 14.00 Wita akhirnya hujan reda, kami memutuskan untuk pulang, saya parkir di parkir belakang pura jalan menuju parkir becek karena habis hujan dan parkir juga becek, jadi kaki jadi berlumpur sedikit.

Nah itulah cerita saya saat tangkil ke pura Pedharman Pusat dalem Tarukan, Saya sangat senang sekali bisa tangkil ke Kawitan berkumpul bersama keluarga seperti ini, rasanya ini lebih dari apapun kalau sudah bisa berkumpul seperti ini. Om Santhi, Shanti, Shanti Om.
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Sembahyang ke Pedharman Pusat Dalem Tarukan di Bangli"