Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sapuh Leger dan Kaitannya dengan Tumpek Wayang

Om Swastiastu, pernah mendengar istilah Wayang Sapuh Leger? saya rasa sebagai umat Hindu yang tinggal di Bali tentu sudah pernah mendengar kata Sapuh Leger ini, namun apakah sudah pernah melihat atau belum pernah itu tergantung. Wayang Sapuh Leger ini adalah semacam upacara penglukatan bagi mereka yang lahir pada wuku Wayang dan biasanya seorang Mangku Dalang yang melakukan pemuputan upacara Wayang Sapuh Leger ini. 

Sapuh Leger dan Kaitannya dengan Tumpek Wayang
Foto Galang Bali
Istilah sapuh leger berasal dari kata dasar “sapuh” dan “leger”. Dalam kamus Bali-Indonesia, terdapat kata sapuh yang artinya membersihkan, dan kata leger sinonim dengan kata leget (bahasa jawa) yang artinya tercemar atau kotor. Sehingga secara etimologi sapuh leger diartikan pembersihan atau penyucian dari keadaan tercemar atau kotor. Secara keseluruhan, wayang sapuh leger adalah suatu drama ritual dengan sarana pertunjukkan wayang kulit yang bertujuan untuk pembersihan atau penyucian diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.

Sapuh Leger melakonkan kisah Bhatara Kala (putra Shiva) yang telah diijinkan oleh ayahnya untuk memangsa bayi-bayi yang lahir pada Wuku Wayang, mengejar adik kandungnya sendiri, Rare Kumara yang lahir pada Wuku Wayang tersebut. Oleh sebab itu setiap anak yang lahir pada Tumpek Wayang, terutama pada Saniscara Kliwon Tumpek Wayang akan diadakan pergelaran Wayang Sapuh Leger.

Kedudukan hari-hari tersebut secara spasial sangat sakral karena merupakan rentetan terakhir dari tumpek yang menurut anggapan orang Bali adalah angker dan berbahaya, karena hari itu dikuasai oleh butha dan kala. Secara mitologis wuku Wayang dianggap sebagai salah satu wuku yang tercemar/kotor, karena pada waktu inilah lahirnya seorang raksasa bernama Dewa Kala sebagai akibat pertemuan (sex relation) yang tidak wajar antara Batara Siwa dan istrinya, Dewi Uma.

Mereka melakukan tidak pada tempatnya yang disebut kama salah. Dari karakteristik hari-hari tersebut, masyarakat Bali percaya bahwa setiap anak yang lahir pada wuku Wayang harus mendapatkan penyucian yang khusus dengan upacara sapuh leger serta menggelar wayang. Pertunjukan wayang kulit yang ada sampai saat ini kenyataannya tidak dapat dilepaskan dengan upacara ritual dengan cerita mitologi. Hal ini dikisahkan karena isinya dianggap bertuah dan berguna bagi kehidupan lahir dan batin yang dipercayai serta dijunjung tinggi oleh pendukungnya.

Makna dari Tumpek Wayang, sebagaimana kita ketahui kehidupan di dunia selalu diliputi oleh dua kekuatan yang disebut Ruwa Bineda, yang sudah barang tentu ada pada sisi kehidupan manusia . Dengan bercermin dari tatwa, filsafat agama mampu membawa kehidupan manusia menjadi lebih bermartabat. Karena dari ajaran atau filsafat agama mampu akan memberikan pencerahan kepada pikiran yang nantinya mampu pula menciptakan moralitas seseorang menjadi lebih baik dari segi aktifitas agama sehari hari kita mendapatkan air cuci kehidupan melalui tirta pengelukatan yang berfungsi untuk meruak atau melebur dosa didalam tubuh manusia, maka dari itu seorang Dalanglah yang mendapat anugerah untuk melukat diri manusia baik alam pikirannya maupun raganya.

Pementasan Wayang Sapuh Leger ini biasanya pada pagi atau siang hari, tergantung kepada waktu terbaik bagi penyelenggaraan keseluruhan upacara. Pertunjukan wayang upacara ini biasanya tidak dilakukan di tempat-tempat umum melainkan hanya dilingkungan keluarga penyelenggara. Pertunjukan Wayang Sapuh Leger tidak bisa dilakukan oleh setiap dalang, melainkan oleh Mangku dalang yang telah disucikan dan memahami makna cerita Sapuh Leger dan yang lebih penting lagi menguasai mantra-mantra pembuatan tirta penglukatan atau pangruwatan.

Karena tujuan utamanya untuk penglukatan / pangruwatan, maka Wayang Sapuh Leger biasanya dipentaskan bertepatan dengan hari kelahiran (weton) dari seseorang yang akan diruwat. Pengeruwatan ini biasanya ditandai dengan pemberian air suci pangruwatan, dengan sesaji yang lengkap oleh mangku Dalang.

Untuk mupah Wayang Sapuh Leger ini sangat mahal, kemarin saya dengar di radio untuk Mupah Wayang Sapuh Leger secara masal saja biayanya sampai satu jutaan lebih untuk satu orang, jadi bisa dipastikan kalau biayanya sangat mahal. Nah itulah cerita singkat tentang Wayang Sapuh leger ini semoga bermanfaat. Om Santhi,Santhi,Santhi Om 
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Sapuh Leger dan Kaitannya dengan Tumpek Wayang"