Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Istilah "Diet Kantong Plastik" Menuai Pro dan Kontra

Sejak diberlakukannya kantong plastik berbayar saat berbelanja di swalayan di kawasan Denpasar Bali sejak tanggal 21 Februari 2016 lalu maka hal itu bisa dibilang banyak menuai pro dan kontra. Saya sendiri yang tinggal di kampung belum sempat berbelanja di swalayan sehingga tidak bisa menceritakan bagaimana kejadian saat di kasir saat kita sudah selesai berbelanja dan akan dihitung dan di bungkus oleh kasir. Namun ada yang bilang kalau kita akan ditanya dahulu apakah akan memakai kantong plastik dari toko yang berbayar atau membawa kantong plastik atau kantong yang lain sendiri. Jika tidak membawa kantong sendiri maka akan kena potongan "Diet Kantong Plastik" sebesar Rp 200 jika memilih memakai kantong sendiri maka tidak kena tambahan Rp 200.

Seperti contoh gambar di bawah, ketika dia berbelanja tidak memakai kantong plastik dari swalayan dan memilih memakai kantong plastik yang dibawa dari rumah maka tidak ada tambahan biaya untuk "Diet Kantong Plastik" Rp 200

Istilah "Diet Kantong Plastik" Menuai Pro dan Kontra

Sedangkan untuk contoh di bawah ini, seorang pembeli tidak membawa kantong plastik dari rumah dan untuk membungkus belanjaannya itu maka dia harus membayar lagi Rp 200 untuk biaya "Diet Kantong Plastik"

Istilah "Diet Kantong Plastik" Menuai Pro dan Kontra

Dua contoh gambar diatas tentu bisa kita bedakan dan bisa kita cermati harga Rp 200 itu sangat murah dan tidak memberikan efek shock malah bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk subsidi kantong plastik. Seperti yang ditulis oleh akun facebook  Guz Ame Furi seperti di bawah ini yang sudah saya edit ketikannya supaya lebih mudah di baca.

Om Swastiastu BJ.

This is Suck, judulnya diet plastik, tapi buat saya ini bukan diet plastik, tapi pemindahan biaya produksi plastik yang dulunya ditanggung pihak retailer menjadi ditanggung masyarakat dan hasilnya retailer makin berjaya dan untung dan masyarakat yang dibego-begoin!!!

Menurut saya, kalau mau meminimalisir penggunaan plastik, diganti saja plastik dengan kantung kain ramah lingkungan sehingga masyarakat bisa memilih, mau beli kantung kain yang ramah lingkungan walaupun lebih mahal atau membawa kantung sendiri dari rumah setiap kali belanja. Bukan malah bayarin kantung plastik ini yang dulunya jelas-jelas adalah tanggungan ratiler!!! Ini yang make sense di logika saya.

Coba deh di cek kata-kata di bawahnya. "terimakasih anda sudah berpartisipasi dalam diet kantong plastik". Ini geblek kan???!!! Harusnya kata-katanya begini, "terimakasih anda sudah meringankan beban produksi plastik kami". Kalau mau diet plastik, bukan malah menjual plastik, tapi ganti plastik dengan yang lebih baik!!!

Ada respons???
Om Canthi, Canthi, Canthi Om

Ada salah satu respon yang pro dengan "Diet Kantong  Plastik" tersebut seperti yang ditulis oleh akun facebook dengan nama  Artha Kadek  dia menulis seperti ini "Ampure semeton tiyang, dalam rangka mengurangi tumpukan sampah plastik, pemerintah menerbitkan aturan untuk setiap swalayan mengenakan biaya 200 rupiah untuk setiap satu kantong plasti/kresek, adapun tujuannya mengenakan biaya 200 rupiah agar setiap kita belanja bisa membawa kantong sendiri baik kantong plastik, tas atau keranjang belanjaan sendiri, dengan begitu maka penggunaan sampah plastik bisa dikurangi, dan lama-lama bisa dihilangkan dan diganti dengan kantong non plastik, menurut tiyang program ini sangat bagus dan perlu kita dukung karena dengan tidak menggunakan plastik maka kita bisa membantu melindungi bumi ini dari kehancuran, apalagi kita sebagai umat Hindu yang diajarkan Tri Hita Karana salah satunya mencintai dan menghormati lingkungan caranya salah satunya program niki, sukseme.

Selain itu banyak yang lebih cenderung kontra dengan progam "Diet Kantong Plastik" ini seperti yang ditulis oleh akun facebook Bima Arya  dia menulis seperti ini "Penerapan aturan Kementerian LH bagus untuk menekan sampah plastik tapi saya rasa kurang efektif juga karena harganya cuma 200 perak pasti akan dibayar saja oleh konsumen kecuali harganya Rp 5.000 perbiji bisa jadi mikir. Untuk penyempurnaannya lebih baik minimart itu sekalian menjual kantong belanjaan yang berbahan kain atau kertas." 

Lain halnya seperti yang ditulis oleh akun facebook  Kadek Budiartawan  dia menulis seperti ini "Katakanlah itu sangsi bagi yang mau pakai kantong plastik/kresek yang tujuannya mengurangi dampak / limbah plastik tersebut. Menurut saya Rp 200 itu terlalu rendah, dan tidak menimbulkan efek keberatan dan kesannya memang Jualan kantong plastik, coba plastik itu dihitung Rp 1000 atau Rp 2000 pasti buyer KEBERATAN dan mau tidak mau harus bawa kantong/tas kain dari rumah yang tujuannya bisa dipakai berulang-ulang.

Dan menurut saya sendiri juga tidak begitu efektif jika harga kantong plastik ini hanya Rp 200 karena tidak akan memberikan efek shock pada pembeli ketika ditanya mau bayar atas pemakaian plastik tersebut. Lainnya halnya jika Rp 200.000 mungkin pembeli akan shock jika disuruh membayar satu lembar kantong plastik dengan harga seperti itu. Seharusnya jika pemerintah mau mengurangi pemakaian kantong plastik seharusnya pihak swalayan dan pihak terkait mensosialisasikan dengan baik supaya ada pemahaman yang benar dari istilah "Diet Kantong Plastik" ini. Namanya juga Diet seharusnya kita mengurangi pemakaian bukan berarti ketika harus memakai kita harus bayar. Sebaiknya biaya tambahan lagi Rp 200 itu tidak masuk ke kantong perusahaan tapi disalurkan untuk kegiatan perbaikan lingkungan seperti menambah bak sampah dan juga menambah tenaga pengelola sampah dan lain-lain.
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Istilah "Diet Kantong Plastik" Menuai Pro dan Kontra"