Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sukses Founder Brand Kamera GoPro di Bali

Siapa yang tidak  kenal dengan kamera action GoPro ini? menurut saya sudah banyak yang kenal dengan nama GoPro ini terutama bagi mereka para petualang yang suka beraksi di luar dan di alam liar sana sudah pasti kenal dengan kamera action GoPro ini. Selain untuk aksi banyak juga menggunakan kamera GoPro ini untuk kepentingan lainnya, seperti merekam pementasan saat menonton konser, seperti yang banyak saya lihat saat acara Soundrenaline di GWK dua bulan lalu tepatnya pada tanggal 5-6 September 2015. Belakangan ini kamera GoPro memang begitu familiar di telinga kita, brand yang mengambil celah bisnis action camera ini memang sudah terkenal di seluruh dunia. Unggul dalam kualitas dan tingginya intensitas marketing branding, menjadikan GoPro salah satu merek dengan perkembangan paling pesat dalam industri perangkat fotografi.

Kisah Sukses Founder Brand Kamera GoPro di Bali

Lahirnya sebuah produk tentu tidak muncul begitu saja, tentu ada orang yang mengembangkannya dari awal, merintis usaha dari nol hingga bisa menjadi sebesar sekarang. Kisah perjalanan usaha atau bisnis dari pembuat Action Camera GoPro ini bisa dibilang inspiratif. Siapakah dia yang ada dibalik kesuksesan GoPro ini, dia adalah Nicholas Woodman seorang pengusaha muda yang kini bercokol di deretan 10 miliarder muda dunia versi Forbes. Lebih menarik lagi, kesuksesan Nicholas mengembangkan bisnis kamera GoPro ternyata ada kaitannya dengan pulau Bali yang terkenal dengan pariwisata alam dan budayanya. Ingin tahu kisah selengkapnya? Berikut telah saya siapkan ulasan tentang kisah dan profil founder GoPro, Nicholas Woodman.

Awal karir Nicholas Woodman.
Lahir pada 24 Juni 1975 dan besar di kawasan Silicon Valley, California, Nicholas sejak kecil dikenal sebagai pribadi yang aktif dan gemar dengan kebiatan luar ruangan. Salah satu yang menjadi olahraga favoritnya adalah berselancar, bahkan sewaktu ,asih sekolah dasar ia pernah membuat klub selancar bersama teman-temannya.

Menganjak usia dewasa, selepas dari Universitas di California, anak dari seorang bankir investasi tersebut mulai menata jalur karirnya. Pertama dia membuat situs online yang menjual beragam produk elektronik bernama empowerall.com dengan mengusung konsep unik yakni hanya mengambil keuntungan $2 USD dari setiap produk yang berhasil dijual. Awalnya bisnis ini  nampak menjanjikan, namun belum genap setahun situs tersebut akhirnya gulung tikar akibat banyak menderita kerugian.

Tak ingin lama-lama terpuruk Nicholas memulai usaha baru, dengan memiliki basic dibidang IT, kemudian dia membangun sebuah perusahaan game yang bernama Funbug pada tahun 1999. Tak tanggunb-tanggung, bahkan usahanya itu sempat mendapat kucuran dana sebesar $3,9 juta. Namun pukulan telak kembali menerjang bisnis Nicholas, sehingga perusahaan tidak bisa diselamatkan lagi.

Mencari pencerahan sembari berselancar.
Ternyata cobaan usaha yang kedua tersebut cukup keras mengguncang mental bisnis seorang Nicholas Woodman, ia bahkan tidak bisa langsung move on seperti saat gagal dengan usaha pertamanya, dia memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Kemudian Nicholas memilih untuk hijrah ke Australia untuk menenangkan diri. Seperti kita ketahui Australia ada pilihan yang tepat untuk berselancar sambil menenangkan diri. Seperti yang saya jelaskan di atas bahwa Nicholas juga sempat ke Bali, mungkin juga karena mencari tempat berselancar karena di Bali banyak sekali laut yang bisa dipakai berselancar dan menenangkan diri. Nicholas tinggal di Bali hampir 5 bulan lamanya dan siapa sangka dia justru di Pulau Dewata inilah dia menemukan ide suksesnya.

Bermula ketika dia akan berselancar dan sangat ingin aksinya saat berselancar bisa diabadikan tanpa bantuan siapapun dan dia pun ingin memiliki sebuah alat untuk merekam kegiatan berselancarnya. Jika menggunakan kamera pocket atau kamera profesional tentu tidak memungkinkan untuk dibawa secara bebas selama berselancar. Jadilah muncul ide untuk memodifikasi sebuah sabuk agar bisa dipakai untuk mengikat kamera pada papan selancar atau pada lengan penggunanya.
Dari sini dia mengetahui ternyata perangkat pelengkap kamera tersebut banyak dibutuhkan oleh para peselancar lainnya. Akhirnya dia membulatkan tekad untuk mulai mengembangkan sabuk kamera tersebut sebagai awal bisnisnya.

Totalitas mengembangkan produk.
Berbekal 600 buah ikat pinggang yang dibeli di Balu, ia kembali ke Amerika dan mulai melakukan eksperimen. Terdapat fakta yang cukup ekstrim dalam proses tersebut, yakni Nicholas mengasingkan diri dengan hanya tinggal di sebuah mobil VW combi di sebuah daerah yang jauh dari keramaian penduduk. Tak hanya itu untuk menuntaskan karyanya tersebut, ia bekerja selama 12 jam sehari di dalam mobil VW Combi tersebut, waktu keluar hanya untuk mengisi perut dan beberapa keperluan lainnya.

Waktu terus berlalu dan sabuk kamera ciptaanya usai dibuat. Tak butuh waktu lama, sabuk yang awalnya hanya berharga $2 berhasil dijual dengan harga $60 dan laris manis dikalangan peselancar. Dari situ Nicholas mulai berfikir kembali, jika dia bisa membuat produk kamera yang kompetibel dengan kegiatan outdoor dan olahraga ekstrim tentu akan lebih menjanjikan.

Lantas dia mulai mencari produsen kamera film yang bisa ia dapatkan lisensinya dan ia kembangkan sendiri. Bertemulah Nicholas dengan sebuah brand kamera asal China yakni Hotax. Dengan harga kamera $3.05 perunit, dia mulai mengotak-atik kamera tersebut agar sesuai konsep kamera action yang ada di dalam benaknya selama ini.

Brand GoPro menuai kesuksesan besar.
Pada tahun 2002 purwarupa kamera dengan brand GoPro yang pertama berhasil diciptakan. Bermodal patungan dengan sang kekasih dan juga modal dari orang tua, produk kamera action itu dirasa sudah mampu memuaskan angan-angan Nicholas Woodman. Tak disangka baru dua tahun dikembangkan, pada tahun 2004 produk GoPro sudah memiliki banyak peminat serta mencatatkan angka penjualan yang fantastis yakni $521 juta dari hasil penjualan 2,3 juta jnit GoPro.

Ekspansi bisnis Nicholas nampak semakin menjadi-jadi ketika sebuah besar Foxcom membeli 8,88 % saham GoPro senilai $200 juta dan puncaknya adalah saat saham GoPro go public, saat itu kekayaan pria eksentrik tersebut melonjak hingga $3,9 miliar dan menempatkan dirinya dalam jajaran pengusaha muda paling sukses sejagat.

Dari sebuah ide sederhana, seorang  Nicholas Woodman berhasil meraih kesuksesan luar biasa, yang diperlukan adalah keseriusan untuk menindak lanjuti sebuah ide dan juga kerja keras untuk mempertahankannya. Tanpa itu semua sebuah ide hanya akan tetap ide yang tak akan menjadi nyata sampai mungkin orang lain mencuri ide kamu. Nah itulah cerita singkat awal munculnya kamera action GoPro.
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Kisah Sukses Founder Brand Kamera GoPro di Bali"