Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah dan Makna Hari Raya Siwalatri

Om Swastyastu, semoga semua semeton dalam keadaan sehat walafiat dan selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. Kali ini saya akan menulis tentang Hari Siwalatri yang jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Mangha (Panglong ping 14 sasih kapitu). Hari Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi wasa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwalatri ini sangat terkait dengan cerita Lubdaka yang menceritakan tentang seorang pria sebagai pemburu binatang di hutan untuk dicari dagingnya baik untuk dimakan sendiri maupun untuk dijual. Pada suatu hari Lubdaka seperti biasa berangkat ke hutan di pagi hari untuk berburu binatang. Namun tidak seperti biasanya, kali ini hingga hari sudah menjelang sore, Lubdaka tidak mendapatkan hasil buruan untuk dibawa pulang. Meski sudah hampir sore Lubdaka masih terus melanjutkan perburuannya dengan harapan bisa mendapatkan hasil buruan dan pulang tidak tangan kosong.

Memang nasib lagi sial, sampai hari sudah gelap Lubdaka sama sekali belum mendapatkan hasil buruan, dengan perut kosong karena dari pagi belum makan dan capek, Lubdaka berfikir untuk pulang, tetapi karena jaraknya jauh dan suasana gelap akhirnya Lubdaka memutuskan untuk tidak pulang malam itu dan memilih untuk tetap berada di hutan malam itu. Lubdaka tahu bahwa di hutan pasti banyak binatang buas, kalau dia tidur di tempat yang rendah pasti mudah dimangsa oleh binatang buas, maka dari itu Lubdaka memutuskan untuk mencari tempat yang tinggi, akhirnya dia menemukan sebuah pohon Bila besar dengan daunnya yang lebat. Karena gelap Lubdaka tidak melihat kalau dibawah pohon itu ada telaga dengan air yang jernih dan Lingga. Lubdaka pun berfikir lagi, jika saya tidur di atas kemungkinan dia bisa jatuh karena tidak sadar saat tidur, maka dari itu Lubdaka pun memutuskan untuk tidak tidur dan terus terjaga sepanjang malam itu.

Untuk mengusir rasa ngantuknya malam itu dalam suasana dingin dan banyak nyamuk, supaya Lubdaka tidak tertidur maka Lubdaka memetik daun pohon bila itu satu per satu dan jatuh mengenai Lingga yang ada di bawahnya sepanjang malam suntuk. Mungkin Lubdaka sendiri tidak sadar kalau malam itu adalah malam Siwaratri dimana pada malam itu Siwa sedang beryoga semadi. Sambil memetik daun bila tersebut, Lubdaka berfikir kenapa hari ini sama sekali tidak mendapatkan hasil dan harus menginap di hutan lebat seperti ini? dia berfikir mungkin perburuan ini harus berakhir sampai disini saja, dia juga berfikir sudah berapa banyak binatang yang dia bunuh hanya untuk dimakan dan dijual dagingnya. Karena sudah menyesali perbuatannya dan pada hari itu juga Lubdaka memutuskan untuk berhenti berburu binatang di hutan. Akhirnya pagi pun tiba dengan suasana yang dingin Lubdaka turun dari pohon dan bergegas untuk pulang meninggalkan hutan.

Selanjutnya Lubdaka memang sudah tidak berburu lagi dan dia memilih menjadi petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sejak menjadi petani Lubdaka sering sakit dan karena sudah usia dan menderita sakit parah, akhirnya Lubdaka pun meninggal dunia. Selanjutnya dikisahkan arwah Lubdaka terombang-ambing tidak tahu harus kemana, selanjutnya datanglah pasukan Cikrabala dan menjemput arwah Lubdaka. Karena semasa hidupnya dulu, Lubdaka banyak membunuh binatang dan itu adalah perbuatan dosa maka pasukan Cikrabala hendak membawanya ke Neraka dan memasukkannya ke kawah Candragomuka.

Pada saat itulah Dewa Siwa datang dan mencegat pasukan Cikrabala disana terjadi pembicaraan yang sengit antara pasukan Cikrabala dan Dewa Siwa. Pasukan Cikrabala bersikeras membawa arwah Lubdaka ke Neraka karena semasa hidupnya dia suka membunuh binatang di Hutan. Sementara Dewa Siwa menjelaskan bahwa Lubdaka sudah melakukan penebusan Dosa pada malam Siwalatri yaitu dengan begadang semalam suntuk disertai dengan menyesali perbuatannya selama ini yang suka memburu binatang di hutan, sehingga dengan demikian dia berhak mendapat pengampunan. Singkat cerita akhirnya pasukan Cikrabala mengerti dengan penjelasan Dewa siwa dan akhirnya arwah Lubdaka dibawa ke Siwa Loka. Nah itulah cerita singkat tentang Lubdaka yang terkait dengan hari Siwalatri.

Dalam pelaksanaan Siwalatri ada 3 jenis atau tingkatan Brata yaitu.
Utama pada tingkatan ini harus melaksanakan tiga Brata yaitu Monabrata artinya tidak berbicara atau berdiam diri. Upawasa yaitu tidak makan dan minum atau puasa. Jagra artinya tidak tidur atau terus terjaga. Untuk melakukan Brata Utama ini bisa dilakukan dirumah atau ditempat suci lainnya.
Madhya yaitu hanya melaksanakan dua Brata yaitu Upawasa yaitu tidak makan dan minum atau puasa. Jagra artinya tidak tidur atau terus terjaga sepanjang hari.
Nista yaitu hanya melakukan satu Brata saja yaitu Jagra artinya tidak tidur atau terus terjaga sepanjang hari.

Makna Siwalatri di zaman sekarang adalah sebagai sikap yang bertujuan untuk berfikir ke arah kehidupan yang lebih baik. Melakukan Brata Siwalatri untuk melebur dosa yang selama ini sudah banyak dilakukan. Sebagai manusia memang tidak pernah luput dari kesalahan, oleh sebab itu kita diberi kesempatan  sekali dalam setahu untuk bisa introspeksi diri dan sebisa mungkin untuk memperbaikinya dan tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Malam Siwalatri juga sebagai malam yang bertujuan untuk menyucikan diri dan melebur segala bentuk kekotoran batin seperti kebodohan, kebingungan, kegelapan, egoisme atau pun perbuatan buruk lainnya.  Satu lagi yang penting adalah saat melakukan malam Siwalatri itu kita hanya melebur dosa bukan menghapus dosa karena dosa tidak bisa dihapus karena ada kaitannya denga Karmapala. Kata melebur ada kaitannya dengan Dewa Siwa yang manifestasi Tuhan sebagai Pelebur atau Pemralina seluruh ciptaanNya. Sedangkan kata Ratri berarti gelap atau malam gelap artinya kegelapan batin yang sebenarnya yang menyelimuti manusia (Awidya). Dengan demikian sebagai umat Hindu sudah sepatutnya kita melaksanakan Brata Siwalatri sesuai kemampuan dan yang terpenting adalah niat yang tulus datang dari hati yang paling dalam. Om Santhi, Santhi, Santhi Om.
Kriana
Kriana Saya hanya orang yang menyempatkan diri untuk menulis tentang apa saja ketika saya sempat menulis, untuk diri sendiri maupun informasi untuk orang lain

Posting Komentar untuk "Sejarah dan Makna Hari Raya Siwalatri"